Dery, atlet highline asal Indonesia berjalan diatas line yang membentang di ketinggian tebing karst Gunung Hawu, Padalarang, Kabupaten Bandung Barat, 7 September 2024.
Oleh: Algi Febri Sugita | PFI Bandung
Di tengah embusan angin cukup kencang, 12 orang pegiat olahraga ekstreme highline ikut berpartisipasi di Indonesia Highline Festival 2024. Ini adalah kegiatan olahraga ekstrim tahun ke enam yang digagas Pushing Panda di tebing Gunung Hawu. Selain peserta dari sejumlah daerah selain Bandung yaitu Depok, Bekasi, Tengerang, Yogyakarta, juga diikuti peserta dari Austria, Hungaria, Argentina, Australia, dan India.
Tebing Hawu atau Gunung Hawu merupakan salah satu tebing kapur yang termasuk dalam kawasan karst Citatah yang menjadi bukti Cekungan Bandung pernah menjadi dasar sebuah laut dangkal, Pada 25 juta tahun silam. Keistimewaan gunung ini adalah adanya jembatan alam yang terbentuk akibat proses pembentukan gua vertikal. Gunung ini menjadi salah satu ikon penting di Padalarang, Hawu sendiri merupakan kosakata bahasa Sunda yang memiliki makna tungku dalam Bahasa Indonesia.
“Tebing Hawu sangat bagus untuk para pemula mulai belajar highline, ada yang jaraknya pendek, dan ada yang 200 meter untuk yang lebih ahli,” kata Igor Scotland, atlet highline dari Austria.
Vini (41 tahun) dari Pushing Panda menjelaskan alasan aksi berjalan di atas tali di wilayah Padalarang ini untuk membangun kesadaran masyarakat bahwa gunung Hawu harus dijaga. Wilayah ini adalah kawasan konservasi karst yang harus dilestarikan.
“Tidak sekadar main dan melakukan aktivitas luar ruang saja, tapi juga kita harus tahu Gunung Hawu ini masuk kawasan konservasi karst, harus dijaga, ” tandas Vini.
Pemerintah sebenarnya telah mengeluarkan aturan tentang kawasan karst sebagai kawasan lindung geologi. Luasannya sekitar 375 hektare, membentang dari Tagog Apu di Padalarang sampai Sukabumi dengan istilah Kawasan Bentang Alam Karst.
Bentang alam nan mempesona ini juga mengundang investor yang menciptakan terbentuknya industri tambang di Citatah, yang tanpa pandang bulu menggerus perbukitan kapur rata dengan tanah. Di kawasan karst Citatah sendiri, yang masih “aman” sampai saat ini adalah Goa Pawon, Tebing 125, dan Gunung Hawu. Namun apa pun bisa terjadi di negeri ini demi faktor ekonomi. Penambangan secara massif batu gamping atau kapur untuk industri semen, kalsium karbonat, serta batu alam atau marmer, bisa membuyarkan segalanya, bila perlu dipaksa untuk melanggar aturan.