Bertahan ala Kupu-Kupu Malam – oleh: Muhamad Zaenuddin
Pandemi Covid-19 membuat para pekerja seks komersial harus mengisolasi diri guna menghindari penyebaran virus. Seperti yang dialami salah satu pekerja seks komersial di Jakarta, sebut saja Alen (21). Ia merasa dirinya tidak dapat perhatian dari pemerintah.
Menurut data yang dihimpun situs vice.com, putaran uang bisnis lendir di tanah air ditaksir bisa mencapai Rp. 5,5 triliun perbulannya di waktu normal. Namun, ketika krisis global memperdalam, pekerja seks semakin dihadapkan dengan pilihan sulit, yaitu isolasi mandiri tanpa pendapatan dan harus jika harus tetap bekerja, mereka harus menanggung sendiri resikonya.
Sebaran virus ini sangat mengancam profesi Alen. Baik peraturan pemerintah yang tidak memperbolehkan adanya kegiatan di lokalisasi, serta sepinya para tamu yang datang ketempat Alen bekerja. Hal inilah yang membuat ia tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. ”Saya tidak bisa bayar uang sewa kamar sehingga diusir oleh pihak pengelola” ujar gadis asli Jakarta ini.
Kini ia terpaksa harus meninggalkan hunian sementara yang biasa dijadikan tempat untuk melayani tamunya.
Untuk menyambung hidup, perempuan berambut pirang ini sekarang terpaksa beralih profesi sebagai kuli cuci pakaian. Meski belum dapat membantu memenuhi kebutuhan sehari-hari, ia tetap berjuang dan bekerja keras.
Berbagai cara juga ia lakukan untuk bertahan hidup, ia juga menawarkan jasa via daring atau yang acap dikenal dengan sebutan Video Call Sex (VCS). Dari telepon genggamnya, Alen mulai bisa menyambung hidup. Ia tetap berharap agar profesinya mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah DKI Jakarta. “Kita diusir dari tempat tinggal, belum lagi pelanggan sepi karena PSBB, jujur saya sendiri takut dan bingung kepada siapa bisa meminta tolong karena tidak ada satupun orang yang memerhatikan kami selaku pekerja seks, bahkan pemerintah sekalipun” ujar perempuan bertato kupu-kupu ini.
Muhammad Zaenuddin, lahir di Jakarta, 7 Maret 1995. Selama masa perkuliahan, lulusan Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik ini aktif bergorganisasi di UKM Fotografi kampus “KAPHAC 32” dan mengikuti workshop fotografi KELANA Jakarta yang digelar oleh Arkademy Project bekerjasama dengan WRI Indonesia. Selain itu, Zaenuddin juga berpartisipasi pada pameran foto “Kisah-Kisah Tanah Manusia” di Galeri Salihara, Jakarta pada 2-8 Oktober 2019. Ia juga berpartisipasi sebagai pameris di Solo Photo Festival 2019. Pada September 2019 hingga Februari 2020 ia menjadi pewarta foto magang di kompas.com. Saat ini, Zaenuddin bekerja sebagai pewarta foto lepas untuk ZUMAPress Agency.