Oleh: Adi Maulana Ibrahim | PFI Jakarta
Cause sometimes I look in her eyes
And that’s where I find a glimpse of us
And I try to fall for her touch
But I’m thinking of the way it was
Said I’m fine and said I moved on
I’m only here passing time in her arms
Hoping I’ll find
A glimpse of us
Korus lagu dari penyanyi solois Joji dengan judul Glimpse of Us terdengar kencang dari dalam kamar yang berada di ujung lorong kost-kostan, hampir setiap hari. Budi, Budi… entah memang dia tak berlangganan spotify premium atau memang hatinya sedang rindu.
Budi, kawanku, anak yang periang penuh canda dan cerita. Akhir-akhir ini raut wajahnya membuat saya yakin bahwa istilah “Jakarta Keras” memang benar adanya, kusut seperti lalu lintas ibu kota saat jam pulang kerja.
Yah, beginilah ibu kota, terkadang sangat menguras energi. Di balik kemegahannya, selalu ada manusia-manusia yang bergumam sebelum jam tidur di atas kasur.
“Kenapa aku ada disini?”,
“aku yakin besok akan baik-baik saja”, atau
“ada kejutan apa lagi besok dari kehidupan?”
Begitulah Budi, hatinya sedang kacau. Sifatnya mendadak berubah, sedikit tempramental, mungkin karena faktor cuaca atau tekanan udara, pikirku. Rindu pun memang menguras energi, Bud.
Katanya, semenjak rindu menjadi bahasa paling sunyi, ia tak banyak berkata-kata. Pergi dari keramaian, menyusuri diam. Rindunya enggan mengalah, masih saja berlarian di pikiran dan perasaan yang membuat detak dan detik kian meresah.
Setiap tempat yang dilalui hanya mengingatkan Budi pada sumber kerinduan. Kenangan terus berkecamuk menggerogoti dirinya dari dalam, sendirian.
Nyatanya Budi sedang hilang pengharapan, setengah semangatnya tertinggal di persimpangan. Hatinya sesak mengingat apa yang ia telah perbuat, melepas dengan sengaja jangkar kapal yang tengah bersandar. Perlahan hanyut.
Kumpulan foto ini merupakan kisah masa lalu yang bertemu dengan Budi di hari ini. Tempat yang sama, dengan hati yang berbeda.
