TRADISI ADU AYAM JAGO

Oleh: Andry Denisah | PFI Makassar

Sorak soray bergemuruh sambil sesekali terdengar kokokkan berasal dari ayam – ayam jago yang siap untuk bertarung membawa nama baik pemilik beserta perkumpulannya. Berbagai komunitas pecinta ayam yang berasal dari masyarakat lokal Kota Kendari, Sulawesi Selatan hingga dari Jawa Timur turut serta dalam kontes yang mereka sebut sebagai Kontes Ayam Nusantara memperebutkan piala bergilir dari Perkumpulan Penghobi Ayam Kontes Nusantara (PPAKN) yang kali ini dilaksanakan didaerah Abeli, Kendari, Sulawesi Tenggara, Minggu (30/10/2022).

“Ayo Jackie sikat dia” teriakan salah seorang pemilik ayam yang sedang beradu didalam ring.

“Remon….. kasi sujud dia Ramon” teriakan salah seorang pemilik ayam lainnya yang membalas teriakan sebelumnya.

Mulai dari orang tua, dewasa hingga anak – anak yang gemar memelihara atau bahkan mengadu ayam begitu antusias berbondong – bondong datang memeriahkan ajang prestasi bagi ayam – ayam jago ini dan menambah riuhnya suara – suara dari para pemilik ayam yang mengawasi ayamnya bertarung.

Seperti seorang petarung, ayam – ayam yang mengikuti kontes ini juga diperlakukan layaknya petarung di arena tinju ataupun jenis pertarungan lainnya dimana sebelum memasuki ring, merek terlebih dahulu ditimbang bobot badannya, pijat, diberi minum, dipasangi sabuk atau pembungkus pada tajinya agar kedua ayam yang beradu aman satu sama lain.

Peraturan pertandingannya pun dilakukan nyaris sama dengan olahraga tinju agar pertandingannya menjadi enak untuk ditonton. Pertandingan yang dilakukan adalah oleh dua ekor ayam yang memiliki bobot badan sama dan dari situ pula nantinya penetuan kelasnya. Kemudian regulasi pukulan yang akan dinilai oleh juri terbagi atas dua jenis yaitu pukulan pertama yang hanya mendapat nilai satu dengan pukulan (kaki) bersih yang mengenai anggota badan dan pukulan kedua yang akan mendapatkan nilai lima dengan pukulan (kaki) yang mengenai anggota badan tetapi membuat lawannya jadi linglung, diam ataupun lari. Pertandingan dilakukan sebanyak empat ronde dengan waktu 20 menit setiap rondenya.

Sayangnya, bagi mayoritas masyarakat Indonesia menganggap adu ayam yang sudah menjadi budaya turun temurun di Indonesia sebagai sebuah hal yang tabu. Alhasil adu ayam pun kerap dilabeli sebagai sarana perjudian dan hal ini telah menjadi stigma negatif yang melekat bagi para pecinta ayam jago yang memiliki tujuan memelihara ayam untuk di adu satu sama lain sebagai ajang menyalurkan hobian serta mengukur kemampuan ayam peliharaannya.

“Ajang ini dibuat memang untuk menampung para penghobi ayam sebagai sarana silaturahmi sesame pecinta ayam dan juga agar adu ayam yang dilakukan lebih terorganisir dan resmi, tidak dilakukan secara liar serta jauh dari kata perjudian”. Kata Yasir, selaku Ketua panitia kegiatan Kontes Ayam Nusantara.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *