Oleh: Arnold Simanjuntak | PFI Jogjakarta
Ialah ‘Tim Kubur Cepat’ yang berada dibawah komando TRC BPBD DIY, yang beranggotakan para relawan gabungan dari berbagai organisasi maupun inisiatif pribadi. Mereka bertanggung jawab untuk melaksanakan pemakaman dan dekontaminasi prosedur kesehatan Covid-19 di wilayah Yogyakarta.
Di saat masyarakat awam masih tergagap memahami situasi pandemi, tim ini menghadapi tantangan yang sama sekali baru di lapangan. Mengedukasi pihak keluarga penderita dan warga juga mereka lakoni.
Tim ini pun masih harus memikul konsekuensi dari tugas seperti jarang pulang kerumah untuk bertemu keluarga dan diwajibkan siaga bertugas 24 jam, karena seringkali pemakaman di proses pada malam hari.
Michael Qi Anggresu, 23 tahun, pemuda asal Manokwari, Papua, yang juga mahasiswa sebuah kampus pariwisata ini sempat terjebak situasi. Kegiatan belajar ditiadakan dan tidak bisa pulang ke Papua karena pembatasan akses keluar masuk daerah. Pengalaman pertamanya dalam aksi kemanusiaan ialah saat peristiwa gempa dan tsunami Palu, yang membuatnya merasa terpanggil kembali. Michael pun memiliki harapan agar aksinya bisa menjadi contoh bagi pelajar-pelajar lain sepertinya yang menempuh studi di Yogyakarta.
Relawan lain yang berasal dari ormas kepemudaan menganggap tugas ini sebagai Ladang Ibadah. Berupaya untuk tetap menjaga kesehatan diri dan orang-orang terkasih, selebihnya menyerahkan diri kepada kehendak yang kuasa. Menghibur diri dengan bernyanyi demi menghapus getirnya situasi. Menolak punah menjadi salah satu slogan mereka.
Di suatu kesempatan saat pemakaman ada banyak warga yang mengucapkan rasa terima kasih yang mendalam. “Terima kasih pak, terima kasih pak, ya Allah semoga dibalas dengan kebaikan,” ucap rombongan warga usai mensholatkan jenazah.
Foto cerita ini dipamerkan di Pameran “Pageblug:, PFI Jogjakarta, di Bentara Budaya Yogyakarta (BBY) 6-18 Desember 2021 .