Oleh: Ramdani | PFI Jakarta
Kios kaca berlampu neon warna warni dan gadis berpakaian minim sebagai pelayan itu hadir di beberapa tempat di jalan-jalan strategis Taiwan. Pemandangan itu mudah memunculkan kesan negatif, apalagi bagi wisatawan atau pendatang yang baru menginjakkan kaki ke Taiwan. Disisi lain penduduk lokal menganggap pemandangan biasa.
Nyatanya, kios yang dianggap biasa oleh penduduk lokal itu memang bukan menawarkan hal ‘miring’. ‘Gadis Buah Pinang’, begitu para pelayan itu disebut, tidak menjual seks melainkan sekadar menjajakan buah pinang atau dikenal permen karet orang Taiwan.
Pembeli kebanyakan sopir truk, supir taksi, atau kelas pekerja lainnya yang harus bekerja dalam waktu panjang. Buah pinang dianggap mampu membuat ‘melek’ dan segar, ibarat minuman berenergi.
“Saya menjalani pekerjaan ini untuk penghasilan dan kebutuhan agar tidak merepotkan keluarga. Saya juga sering menjadi dancer dan model untuk penjualan pakaian online‚“ ucap Jolie (23) sambil menunggu pelanggan dalam kios Baby Betelnut di kawasan Songshang, Taipei, Taiwan.
Di kios itu ada juga Tiffany atau Shin Chen Xiang (26), mahasiswa lulusan manajemen perhotelan. Sedikitnya 100 paket buah pinang berisi 10 yang dikemas dalam ukuran kotak rokok seharga 50 NT setara Rp25 ribu bisa ia jual dalam sehari.
Dalam seminggu ia bekerja dua hari, mengambil waktu kerja mulai pukul 8 pagi hingga 4 sore. Selanjutnya menjadi pelayan cafe de Place milik temannya yang berada di Zhongxiao Dunha Shoping Area, Taipei.
Fenomena gadis buah pinang sudah dimulai sejak era 60an. Awalnya adalah pembukaan Kedai Buah Pinang Shuangdong di Guoxing Nantou, Taiwan, yang glamor dan meriah dengan kehadiran gadis-gadis. Strategi pemasaran, yang pada zaman ini mirip dengan gadis berpakaian minim di pameran mobil dan sejenisnya, itu sukses hingga kemudian diikuti kedai-kedai buah pinang lainnya.
Sejak itu kehadiran para gadis berikut dengan kedai buah pinang yang dilengkapi papan nama neon, menjamur baik di perkotaan maupun pedesaan.
Bahkan untuk menghormati keberadaan mereka dan dianggap ikon budaya Taiwan, gadis-gadis buah pinang muncul dalam karya seni dan film, seperti film “Betelnut Beauty” (2001), “Help Me, Eros” (2007) dan di tahun 2016 Sutradara Tony Xue merilis “Betelnut Girls” dengan tokoh utama diperankan Peggy Tseng dan Paul Hsu.
Meski begitu konsumsi buah pinang, belakangan ini dianjurkan dihindari oleh ahli kesehatan karena dianggap karsinogenik atau dapat menyebabkan kanker. MI/RAMDANI