DUA ASA DALAM SEPASANG KAKI

DUA ASA DALAM SEPASANG KAKI

Oleh: Abdan Syakura | Republika | PFI Bandung

Memiliki kondisi fisik yang berbeda, tak mengurangi semangat Al Putri Anugrah dan Al Putri Dewi Ningsih dalam mengejar mimpi. Meski harus menggunakan kursi roda yang telah dimodifikasi untuk beraktivitas, sepasang bocah kembar siam dempet perut berusia 8 tahun itu tak pernah sekali pun surut langkah dalam mengejar ilmu dan menjalani hidup.

Tak seperti bocah normal sebayanya, anak dari pasangan Iwan Kurniawan (43) dan Almarhumah Yani harus menggunakan alat bantu berjalan ataupun merangkak jika ingin beranjak. Tinggal di rumahnya yang sederhana di Kampung Padasari, Desa Cinunuk, Kecamatan Wanaraja, Kabupaten Garut, Putri dan Dewi tetap memelihara asa untuk menuntut ilmu. Tak peduli kekurangan fisik yang dimiliki, Putri dan Dewi mampu tumbuh menjadi bocah mandiri.

Lahir di Tanjung Pinang, 29 Oktober 2013, Al Putri Anugrah dan Al Putri Dewi Ningsih terlahir dengan kondisi dempet perut dan memiliki tiga kaki. Mereka pun divonis tidak bisa dipisahkan, sebab terdapat organ-organ vital yang saling bersinggungan, seperti hati, ginjal, saluran kencing, pembuluh darah dan organ lainnya.

“Sekitar tahun 2017, salah satu kaki mereka di operasi. Pihak RSHS bersedia melakukan operasi pengangkatan kaki tambahan anak saya. Akhirnya sekarang kondisi kaki mereka tinggal sepasang” kata Iwan kurniawan saat ditemui di rumahnya.

Dalam kesehariannya, Putri dan Dewi tidak pernah merasa minder dan malu. Dalam bermain dan berinteraksi pun ia selalu bisa menyesuaikan diri dengan teman-teman sebayanya. Saat ini, Putri dan Dewi duduk di bangku kelas 2 Sekolah Dasar (SD).

Layaknya bocah dengan fisik yang normal, mereka rajin mengikuti materi pelajaran sekolah secara daring. Tak hanya itu, mereka menambah porsi belajar dengan mengikuti bimbingan belajar dan belajar mengaji di Taman Pendidikan Al-Quran (TPA) yang tak jauh dari rumahnya.

“Hayu emak, tolong dorongin kursi roda aku, sekarang aku mau pergi ngaji. Ayah lagi pergi dulu sebentar ada urusan. Nanti gantian ya sama ayah dorongnya, kalau ayah udah pulang,” Ucap Putri dan Dewi kompak meminta bantuan Emak yang merupakan neneknya untuk mengantar pergi belajar mengaji.

Sesampainya di Taman Pendidikan Al-Quran (TPA), mereka disambut oleh teman-teman dan gurunya. Putri dan Dewi nampak bersemangat mengeluarkan alat tulis dan buku Iqro dari dalam tas yang dibawanya.

“Bu guru, saya mau ngaji duluan boleh? Aku mau setor hafalan Al-Quran juga,” Kata Putri dan Dewi kepada guru mengaji.

Meski hidup dalam keterbatasan fisik, mereka bercerita setelah dewasa nanti ingin mewujudkan cita-citanya yang berbeda satu sama lain. “Nanti mah aku mau jadi artis, terus kalo kakak Putri mah katanya mau jadi ilmuwan ya kak,” Kata Dewi sembari tersenyum.

Al Putri Anugrah dan Al Putri Dewi Ningsih telah membuktikan bahwa kondisi fisik yang berbeda bukanlah penghalang untuk bergerak maju dan menembus keterbatasan. Dari raut wajah mereka, tak pernah terlihat lelah dan menyerah.

Sudah selayaknya kisah bocah kembar siam asal Garut ini menjadi inspirasi sekaligus motivasi untuk senantiasa bersyukur dan semangat menjalani kehidupan serta meraih cita-cita yang diharapkan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *