PERAWATAN LAYANG-LAYANG NAGA Seorang anggota dari Perkumpulan Pelayang Seluruh Indonesia (Pelangi) Kota Yogyakarta memeriksa kondisi layang-layang kepala naga saat perawatan rutin di rumahnya, Godean, Sleman, Yogyakarta, Kamis (8/2). Perawatan rutin dilakukan untuk memeriksa kondisi layang-layang kepala naga seperti memeriksa jamur, kain sobek dan keseimbangan layang-layang. Layang-layang naga ini terbuat dari bahan bamboo, fiber dan kain. Layang-layang naga memiliki panjang antara 30 meter hingga 50 meter dengan 50 keping kain untuk bagian badannya sehingga membutuhkan perawatan ekstra. Biasanya layang-layang naga diterbangkan saat musim panas dengan kondisi angin yang kencang.
PERAWATAN LAYANG-LAYANG NAGA Seorang anggota dari Perkumpulan Pelayang Seluruh Indonesia (Pelangi) Kota Yogyakarta memeriksa kondisi layang-layang kepala naga saat perawatan rutin di rumahnya, Godean, Sleman, Yogyakarta, Kamis (8/2). Perawatan rutin dilakukan untuk memeriksa kondisi layang-layang kepala naga seperti memeriksa jamur, kain sobek dan keseimbangan layang-layang. Layang-layang naga ini terbuat dari bahan bamboo, fiber dan kain. Layang-layang naga memiliki panjang antara 30 meter hingga 50 meter dengan 50 keping kain untuk bagian badannya sehingga membutuhkan perawatan ekstra. Biasanya layang-layang naga diterbangkan saat musim panas dengan kondisi angin yang kencang.
Oleh: Agung Supriyanto | PFI Yogyakarta
Siapa yang tidak mengenal layang-layang atau layangan, sejak kecil kita semua suka bermain layang-layang bersama teman-teman, Layang-layang merupakan mainan terbang yang terbuat dari bahan ringan seperti, kain, kertas atau plastik yang diberi rangka dari bambu atau bahan ringan lainnya. Bermain layang-layang merupakan kegiatan rekreasi yang populer di seluruh dunia, Layang-layang dapat menjadi sarana rekreasi yang menyenangkan dan menawarkan berbagai tingkat kesulitan. Mulai dari model sederhana hingga layang-layang profesional dengan kemampuan akrobatik yang tinggi.
Layang-layang menjadi “mainan” lintas generasi. Tak hanya anak-anak, peminatnya juga merambah kalangan dewasa. Bentuknya pun makin beragam, ada layangan tradisional, layangan 3 dimensi hingga layangan naga. Dari sejumlah pehobi, salah satunya adalah Deni Cahyo Prabowo (30) yang merupakan pendiri dari ‘Jogja Dragon’ yakni wadah bagi para pecinta layang-layang naga yang ada di Yogyakarta.
Sejak kecil Cahyo (panggilan akrabnya) gemar bermain layang-layang jenis bulusan, petekan dan suwungan, hingga tahun 2018 ia bersama kedua temannya membuat layang-layang naga secara otodidak. Menurut Cahyo yang juga anggota dari Perkumpulan Pelayang Seluruh Indonesia (Pelangi), layang-layang naga yang ada di pulau Jawa kebanyakan mengadopsi dari layang-layang naga yang ada di China, hanya saja bentuk kepala naga pada layang-layang naga Jawa ini menyerupai tokoh naga yang ada dalam cerita pewayangan.
Layang-layang naga terbuat dari bahan kain dan fiber, layang-layang naga memiliki diameter lingkaran 40 cm dengan panjang 60 meter yang terdiri dari 100 hingga 120 kepingan yang membentuk badan layang-layang dan berat layang-layang naga ini mencapai 10 kilogram, dibutuhkan lima orang dewasa untuk menerbangkan layang-layang naga ini.
Layang-layang naga biasanya diterbangkan saat para pecinta layang-layang bertemu atau kopdar (kopi darat), biasanya kopdar dilakukan setiap sebulan sekali ditempat yang memiliki angin kencang seperti pantai. Setiap pelayang memiliki trik sendiri-sendiri dalam membuat layang-layang naga, mereka berlomba-lomba dalam membuat bentuk dan warna dari layang-layang naga, sehingga bentuk layang-layang naga berbeda satu dengan yang lainnya. Ujar Cahyo.
Selain kodar, layang-layang naga juga diterbangkan saat ada festival, seperti Jogja International Kite Festival (JIKF) 2024 yang digelar di Pantai Parangkusumo.. Festival ini diikuti 14 negara termasuk Indonesia berpartisipasi menerbangkan aneka layang-layang raksasa, Puluhan layang-layang raksasa termasuk layang-layang naga diterbangkan dan mewarnai langit di pesisir selatan Daerah Istimewa Yogyakarta.