Wangi Tembakau Yang Hidupi Desa Banyuresmi
Oleh: Algi Febri Sugita | PFI Bandung
Desa Banyuresmi terletak di Tanjungsari, Kabupaten Sumedang sekitar 34 Km dari pusat Kota Sumedang. Secara georafis desa ini terletak diketinggian memiliki suasana alam yang sejuk dengan pemandangan hijaunya area persawahan serta perbukitan karena berada di kaki Gunung Manglayang.
Aroma khas wangi tembakau rajangan tercium kala menapaki jalanan desa, Terlihat dari kejauhan tembakau rajangan sedang dijemur memenuhi halaman serta atap rumah. Mengolah serta bertanam tembakau telah menjadi mata pencaharian bagi warga desa yang diwariskan secara turun temurun.
Kawasan ini menjadi sentra penghasil tembakau kedua terbesar di Jawa Barat setelah Kota Garut. Dalam satu bulan desa ini mampu memproduksi kurang lebih 2 ton tembakau siap konsumsi dengan kisaran harga bervariasi mulai dari Rp 55 ribu sampai Rp 235 ribu per lempeng/nampan atau tergantung kualitas untuk memenuhi permintaan pasar dalam negeri dari sejumlah provinsi di Indonesia seperti Sumatra, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Bali.
Sedangkan untuk pasar ekspor tembakau rajangan dari desa ini telah dikirim ke berbagai Negara Asia dan Eropa seperti Malaysia, Thailand, Vietnam, Brunei Darussalam, India, Pakistan, dan Italia.
Proses pengolahan tembakau rajangan diawali dengan memilah daun tembakau berdasarkan kualitas, lalu daun di gulung dan di iris setipis mungkin menggunakan alat rajang serta pisau tajam. Setelah nya tembakau rajangan akan ditata diatas nampan untuk di jemur ke esokan harinya.
Bako Mole (Tembakau Mole) menjadi tembakau ciri khas dari Jawa Barat, tembakau ini memiliki ciri dimana rajangannya cenderung lebih tipis dan rapi, Penjualannya pun sedikit berbeda karena tidak ditimbang berdasarkan berat kilogram, melainkan dihitung berdasarkan lempengan atau per nampan.
“Pami cuaca sae moe bako kur dua minggon ge garing, ngan mun usum hujan duh bakal lami, janten lami oge jadi artos na” (Jika Cuaca cerah menjemur tembakau dua minggu juga kering, Tapi jika musim hujan atau tidak menentu proses penjemuran akan lebih lama, sehingga menyebabkan lebih lama juga menjadi uang nya) jelas Abah Udi sembari merapikan nampan tembakau.
Perjalanan Panjang tembakau sedari awal tanam hingga proses pengolahan petani membutuhkan waktu kurang lebih 6 bulan hingga akhirnya siap dijual. Para petani di desa ini berharap agar tetap bisa bertahan di tengah kendala cuaca yang tak menentu serta harga tembakau yang terkadang sangat rendah.