Sapi Brujul, Adu Cepat Sapi di Tanah Berlumpur

Peserta memberi minum jamu pada sapinya sebelum turun ke arena pacu saat mengikuti karapan sapi brujul di Probolinggo, jawa Timur 26 November 2017. Karapan Sapi Brujul adalah tradisi adu balap sapi pembajak sawah para petani Probolinggo memasuki musim tanam.

Image 1 of 8

Peserta memberi minum jamu pada sapinya sebelum turun ke arena pacu saat mengikuti karapan sapi brujul di Probolinggo, jawa Timur 26 November 2017. Karapan Sapi Brujul adalah tradisi adu balap sapi pembajak sawah para petani Probolinggo memasuki musim tanam.

Oleh: Aris N Hidayat | PFI Malang

Karapan Sapi Brujul merupakan tradisi yang di lakukan para petani Probolinggo memasuki musim tanam padi. Konon, tradisi ini sudah di lakukan sejak puluhan tahun silam. Meski sempat terhenti beberapa tahun terhenti, namun ajang ini mulai ramai kembali. Selain sebagai ajang kompetisi perlombaan, karapan sapi Brujul juga sebagai ajang silaturrahmi para warga dan petani. Kata ’Brujul’  memiliki arti membajak lahan basah atau membajak sawah. 

Dilaksanakan di tengah area persawahan Kelurahan Jrebeng Kidul, Probolinggo, Jawa Timur, Karapan sapi brujul menjadi salah satu hiburan yang di tunggu-tunggu. Berawal dari keseharian para petani membajak sawahnya, kemudian di jadikan ajang perlombaan. Sapi  yang di gunakan dalam perlombaan ini bukan sapi khusus layaknya karapan sapi di Madura. Sapi yang di gunakan adalah sapi yang biasanya di manfaatkan untuk membajak sawah. Namun berbeda dalam perlakuanya. Selain di beri pakan ekstra, sapi karapan diberi rempah- rempah dan jamu untuk menambah stamina.

Satu persatu peserta mulai melakukan persiapan dengan memasang ‘keleles’ (bambu/kayu penyangga joki atau penyatu sapi) di ujung garis finish. Kemudian setelah keleles terpasang mereka menuntun sapinya menuju garis start.  Seorang pemuda berbadan tegap tampak sedang membawa sebotol air berwarna coklat kehijauan yang di selipkan di pinggangnya. Botol tersebut berisi air parutan jahe dan rempah-rempah yang digunakan untuk menghangatkan sapi -sapi mereka. Ratusan penonton memadati  arena lintasan berlumpur berukuran kurang lebih 10x 100 meter . Mereka berjajar rapi di samping kanan-kiri dan ujung jalur lintasan. 

Terdapat puluhan pasang sapi dalam ajang perlombaan yang di laksanakan pagi hingga menjelang sore itu. Sepintas Sapi Brujul memang mirip dengan karapan sapi Merah Pulau Madura.  Yang membedakan adalah arena lintasan, jarak dan jenis sapi yang di gunakan. Bendera merah mulai diangkat, dua pasang sapi pun mulai beradu cepat. Begitu seterusnya hingga mendapatkan nama-nama pemenang untuk mengikuti putaran final. Riuh penontonpun sontak terdengar.  Sapi- sapi pun melaju dengan cepat. Sementara sang joki  terus menghentak dan mencambuki sapi tunggangan mereka. 

Bahkan ada yang menggigit ekor sapi tungganganya agar lajunya semakin cepat.  Menjadi penonton Sapi Brujul, kita harus waspada dan berhati-hati. Tak jarang ada juga sapi yang tak terkendali dan keluar lintasan. Teriakan- teriakan para joki terdengar lantang bersautan, memberi semangat pada sapi – sapinya agar melaju lebih kencang. Di ujung garis finish sejumlah anggota tim dari masing-masing peserta pacu bersiap menyambut jagoan kebanggan mereka. 

Namun tak hanya menyambut, fungsi tim yang berada di gars finis juga bertujuan untuk menghentikan laju sapi agar tidak keluar lintasan. Dalam perkembangannya, karapan sapi Brujul tidak hanya di laksanakan setiap memasuki musim tanam padi saja, namun saat ini sudah menjadi sebuah ajang tradisi seni budaya dan pariwisata yang melekat di Kota Probolinggo.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *