TEMBAKAU KHAS YOGYAKARTA Petani memetik daun tembakau yang siap panen di sentra perkebunan tembakau di Desa Gading, Gunungkidul, Yogyakarta, Senin (11/8). Gunungkidul memiliki sentra tembakau di empat wilayah dengan luas hingga 600 hektare yang mampu menghasikan tembakau sebanyak 30 ton daun basah setiap panen. Tembakau Gunungkidul biasa diolah menjadi rokok kretek tradisional (Tingwe) dengan harga Rp 100.000 hingga Rp 300.000 per kilonya. Penjualan tembakau ini masih diseputaran Jawa Tengah.
TEMBAKAU KHAS YOGYAKARTA Petani memetik daun tembakau yang siap panen di sentra perkebunan tembakau di Desa Gading, Gunungkidul, Yogyakarta, Senin (11/8). Gunungkidul memiliki sentra tembakau di empat wilayah dengan luas hingga 600 hektare yang mampu menghasikan tembakau sebanyak 30 ton daun basah setiap panen. Tembakau Gunungkidul biasa diolah menjadi rokok kretek tradisional (Tingwe) dengan harga Rp 100.000 hingga Rp 300.000 per kilonya. Penjualan tembakau ini masih diseputaran Jawa Tengah.
Oleh: Agung Supriyanto | PFI Jogja
Pagi itu setelah mengantarkan anaknya pergi ke sekolah, Bapak Suraji bergegas mengambil lembaran daun tembakau yang telah ditumpuk pada area pemeraman. Pemeraman merupakan proses pemerataan pematangan daun tembakau setelah dipetik dengan bantuan suhu, kelembapan. Dengan alat yang masih tradisional daun tembakau diiris (Rajang). Merajang daun tembakau ini masih tergolong manual dengan menggunakan cacak yakni alat untuk mengiris tembakau yang terbuat dari bahan kayu keras seperti kayu nangka, sono keling dan kayu jati. Sementara untuk mengiris menggunakan gobang, gobang bentuknya secara umum seperti golok, hanya bedanya memiliki bilah lebih besar.
Menurut Bapak Suraji yang juga petani tembakau tradisional di Dusun Gading, kecamatan Playen, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, rajangan tembakau cacak manual hasilnya bisa lebih lembut, cita rasanya lebih enak, dan warna tembakau lebih jernih dan menarik. Namun jika menggunakan mesin warna agak kebiru-biruan sehingga kurang menarik dan dari segi rasa juga berbeda.
Usai terpotong tipis dan lembut, daun tembakau tersebut siap dijemur dibawah terik matahari, penjemuran dilakukan dari pagi hingga sore selama dua hingga tiga hari di musim panas sampai tembakau berubah warna menjadi gelap. Waktu yang dibutuhkan sangat bergantung pada cuaca, seperti suhu, kelembapan, dan paparan sinar matahari. Setelah kering sempurna tembakau tersebut disimpan didalam plastik kedap udara dan siap untuk dijual. Harga Tembakau Gading berkisar antara Rp30.000 untuk 100 gram hingga Rp250.000 untuk 1 kilo, Tembakau ini dikenal dengan aroma khasnya dan rasa nyegrak medium.
Bapak Suraji tidak sendiri, ada sekitar 200 KK di Dusun Gading yang berprofesi serupa, biasanya setiap pertengahan tahun para petani mulai memanen daun tembakau. Pemetikan dilakukan bertahap lima hingga tujuh kali pemetikan dan waktu pemetikan daun diseling tiga hingga tujuh hari, dan Jumlah daun yang biasanya dipetik berkisar dua hingga lima lembar pada setiap pemetikan.
Sekarang ini banyak ditemui penjual yang menjual tembakau kering langsung ke konsumen. Biasanya peminat tembakau kering adalah orang-orang yang suka membuat rokoknya sendiri atau dikenal dengan sebutan linting dewe (tingwe) yang memilki arti linting sendiri. Rokok tingwe dibuat dengan cara menata daun tembakau dan cengkeh pada kertas rokok kemudian digulung menggunakan tangan atau alat khusus. Selain memberi kenikmatan tersendiri, ternyata daun tembakau yang digunakan untuk membuat rokok tingwe tidak dikenakan CHT (Cukai Hasil Tembakau).
Menurut Dinas Pertanian dan Pangan (DPP) Gunungkidul, luas lahan tanaman tembakau di Gunungkidul antara 400 sampai 600 hektare, dengan hasil panen tercatat berkisar 30 ton daun tembakau basah. Para petani budidaya tembakau berharap budidaya tembakau bisa memberikan manfaat, khususnya bagi upaya menyejahterakan kehidupan para petani
