Anggota kehormatan Pewarta Foto Indonesia (PFI) Solo Andry Prasetyo yang juga Dosen Program Studi Fotografi Fakultas Seni Media Rekam Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta berhasil meraih gelar doktor Program studi Seni Program Doktor Pascasarjana ISI Surakarta. Ia berhasil mempertahankan disertasinya yang berjudul “Representasi Kuasa dalam Fotografi Jurnalistik: Kajian Foto-foto Pemenang Anugerah Pewarta Foto Indonesia (2009-2022)” di hadapan Tim Penguji yang diketuai Dr I Nyoman Sukerna SKar MHum.
Andry yang merupakan mantan fotografer lepas di Media Tempo dan kantor berita Inggris Reuters ini menyebutkan dalam disertasinya bahwa, Anugerah Pewarta Foto Indonesia (APFI) merupakan ajang penghargaan tertinggi bagi insan pewarta foto di Indonesia, dan sudah berlangsung semenjak 2009.
APFI mendapat perhatian tinggi dari insan media, khususnya pewarta foto yang jumlahnya mencapai 800 orang yang tersebar di 21 kota di Indonesia. Salah satu alasannya adalah hadiah APFI bukan uang tunai melainkan trofi Alex & Frans Mendur yang menjadi simbol prestise dan pengakuan atas prestasi bagi pewarta foto peraih Photo Of The Year (POTY). Dari ajang ini juga diharapkan APFI sebagai agen yang diberikan kuasa oleh PFI, untuk menjalankan program edukasi kepada masyarakat akan pentingnya mengabadikan dan mengarsipkan sebuah momen penting, dan silaturahmi antar sesama pewarta foto di Indonesia.
Andry mengemukakan, penelitian disertasinya boertujuan untuk mengungkap representasi kuasa foto jurnalistik APFI yang dikonstruksi hingga mempengaruhi praktik pewarta foto dalam meliput berita. APFI sebagai ajang penghargaan tertinggi dalam bidang foto jurnalistik bagi pewarta foto telah menghasilkan Photo of The Year (POTY), meningkatkan citra foto jurnalistik, dan menjadi wakil suara pewarta foto se-Indonesia, serta menjadi patron bagi pewarta foto di Indonesia.
Lebih lanjut Andry mengemukakan temuannya dalam penelitian ini adalah, penetapan pemenang POTY APFI tahun 2009 hingga 2022 berdasarkan pertimbangan pada muatan nilai berita, unsur visual berupa subjek, bentuk dan isi, serta kode etik foto jurnalistik. Citra menjadi representasi dan percontohan yang mendorong pewarta untuk menghasilkan karya yang sesuai dengan nilai-nilai yang dihargai dalam dunia foto jurnalistik, sebagai suatu proses hegemonik, yakni dalam kuasa dominan, para pewarta tidak merasa tertindas, meyakini dan menjalani praktik fotografinya.
“Peningkatan citra foto jurnalistik juga terbentuk melalui wacana bobot nilai berita dan bobot visual yang sama tinggi”, paparnya.
Andry tercatat sebagai doktor ketiga anggota Pewarta Foto Indonesia yang disertasinya meneliti tentang foto jurnalistik. Dua nama pertama adalah Yuyung Abdi (alm, PFI Surabaya), dan Said Harahap (PFI Medan).