Status Gunung Merapi

Oleh: Agung Supriyanto | PFI Yogyakarta

Jam 12 siang, tanggal 5 November 2020, Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) memberikan pengumuman, berdasarkan evaluasi data pemantauan, disimpulkan bahwa aktivitas vulkanik di Gunung Merapi dapat berlanjut ke erupsi besar membahayakan. Maka statusnya pun naik, dari level Waspada berubah menjadi Siaga dengan potensi bahaya erupsi  guguran lava dan awan panas sejauh maksimal 3 sampai 5 kilometer. Sedangkan lontaran material vulkanik dapat menjangkau radius 3 kilometer dari puncak.


Dua daerah dinyatakan dalam bahaya, Yogyakarta dan Jawa Tengah.  Pemerintah juga merekomendasikan untuk menghentikan penambangan di alur sungai yang berhulu di Merapi. Para pelaku wisata juga disarankan tidak melakukan kegiatan wisata, termasuk kegiatan pendakian ke puncak gunung.

Evakuasi warga di radius 5 kilometer dari Gunung Merapi pun dilakukan. Pusat pengendalian operasi dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan jumlah warga yang mengungsi mencapai 1.831 jiwa imbas status siaga Gunung Merapi. Guna mencegah penularan Covid-19, diterapkan sistem sekat ruangan menggunakan triplek ditempat evakuasi sementara, satu sekat berukuran 2,5 x 2,5 meter untuk satu keluarga. Bagi warga yang tidak mengungsi, mereka berjaga dikampungnya masing-masing, penjagaan ini dilakukan untuk memantau aktivitas Gunung Merapi secara langsung dan juga untuk menjaga rumah-rumah kosong yang ditinggal penghuninya.


Usai menunggu dua bulan tanpa kepastian, pada Januari 2020 pengungsi dipulangkan kerumahnya yang berada dilereng Merapi, para pengungsi ini yakin ancaman bahaya erupsi  bukan mengarah ke barat laut, melainkan barat daya. Meskipun kepulangan ini bersifat sementara, warga tetap diminta untuk senantiasa siaga terhadap perkembangan aktivitas Merapi. Pemantauan dilakukan dengan cara melihat langsung atau mendengar radio komunikasi melalui HT dan menyaksikan siaran langsung cctv Merapi melalui youtube.

Gunung setinggi 2.968 meter ini merupakan salah satu gunung api teraktif di Indonesia, gunung yang paling bergejolak dari 120 gunung aktif di Indonesia. Saat terakhir meletus pada 2010, sebanyak 347 dinyatakan orang wafat akibat semburan lahar panas.