Oleh: Algi Febri Sugita | PFI Bandung
Sorak-sorai penonton membahana saat kuda-kuda melesat di arena lintasan cuaca panas, kering, dan berdebu tak menyurutkan antusias para penonton serta para joki memacu kuda-kuda jagoannya.
Di Tanjungsari, pacuan kuda digelar setiap tahun. Namun ajang ini sempat terhenti akibat pandemi Covid-19. Pasca pandemi, pacuan kuda kembali digelar di Arena Pacuan Kuda, Desa Raharja, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Sumedang.
Kuda-Kuda yang bertanding dibagi dalam beberapa kelas seperti Kelas kuda pemula, Kelas Kuda Renggong dan Kelas Kuda Pacuan yang di datangkan oleh pemilik di sejumlah Kandang Kuda (Horse Stable) dari daerah seperti Lembang, Cirebon, Garut, bahkan Tanjung Priok untuk beradu cepat di lintasan ini.
“Pami kuda ageung dikategori sandel mah tos biasa kangge balapan, tapi pami kelas kuda renggong leuwih menarik hanjakal saeutik pesertana” (Kalau kuda-kuda besar dikategori sandel mah memang untuk balapan, jadi biasa aja. Tapi kelas kuda renggong ini jauh lebih menarik, sayang persertanya sedikit,)” ujar Ahmad, salah seorang penonton asal Tanjungsari.
Namun sayang tak seperti arena pacuan kuda yang dilakukan di tempat lain, Pada gelanggang pacuan kuda ini penonton bisa dengan leluasa masuk ke lintasan saat kuda sedang berlari kencang, meski berbahaya. Dari segi keamanan para joki pun terbilang berbahaya dikarenakan lintasan sangat kering serta berdebu dan tak jarang mengganggu jarak pandang sehingga membahayakan keselamatan para joki.
Ajang pacuan kuda tradisional ini menjadi ajang pembuktian bagi para joki dan pemilik kuda dalam adu kecepatan serta memperbutkan “Nama Besar” yang akan berdampak pada harga jual kuda itu sendiri jika mampu menyabet gelar juara, Selain itu pacuan kuda ini menjadi kegiatan budaya yang mampu mendatangkan wisatawan dan mendongkrak perekonomian Masyarakat sekitar.
Untuk merayakan kemenangan, para pemenang akan disambut oleh penonton dan berjoget bersama diiringi dengan musik tradisional dangdut sunda yang sudah menunggu di garis finish. Para pemilik kuda pun turut serta dalam perayaan tersebut demi unjuk kebanggaan atas apa yang diraih oleh timnya di gelanggang pacuan.
—
PFI Nasional menerima karya foto esai untuk dipublikasikan setiap bulan sekali. Karya terpilih mendapatkan apresiasi. Kirim karyamu ke [email protected] dan kunjungi Instagram @pewartafotoindonesia